Sabtu, 06 November 2010

CERITA RAMBUT GIMBAL

CERITA RAMBUT GIMBALRambut gimbal sering disebut ”dreadlocks”. Konon, rambut gimbal sudah dikenal sejak tahun 2500 SM. Sosok Tutankhamen, seorang fir’aun dari masa Mesir Kuno, digambarkan memelihara rambut Gimbal. Secara kultural, suku asli di Afrika, New Guinea, dan Australia juga sudah dikenal dengan rambut gimbalnya. Bahkan ada di beberapa wilayah barat dan Timur yang mengangap memelihara rambut gimbal sebagai ungkapan gerakan-gerakan spritaulitas kebudayaan. Di India misalnya, maksud memiliki rambut gimbal dimaksudkan sebagai pengingkaran pada pemanpilan fisik yang fana. Selain itu ada kepercayaan bahwa rambut gimbal membantu meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan mental dan supernatural, karena di dasari oleh kepercayaan bahwa enegi mental dan spritual manusia keluar melalui ubun-ubun dan rambut, sehingga
jika rambut terkunci belitan maka energi itu akan tertahan dalam tubuh.
Salah satu wilayah di indonesia yang tepatnya di Wonosobo juga memiliki kultur budaya menyangkut tentang rambut gimbal, yakni tradisi Ruwetan bagi anak yang berrambut gimbal. Pada anak yang mengalami fenomena berambut gimbal ini, rambutnya memang menjadi pial atau bergumpal-gumpal yang mereka yakini bahwa rambutl gimba itu adalah titipan dari leluhur.
Ketika musik reggae memasuki arus besar musik dunia pada akhir tahun 1970-an, tak pelak lagi sosok Bob Marley dan rambut gimbalnya menjadi ikon baru yang dipuja-puja. Dreadlock dengan segera menjadi sebuah trend baru dalam tata rambut dan cenderung lepas dari nilai spiritualitasnya. Apalagi ketika pada tahun 1990-an, dreadlocks mewarnai penampilan para musisi rock dan menjadi bagian dari fashion dunia. Dreadlock yang biasanya membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk terbentuk, sejak saat itu bisa dibuat oleh salon-salon rambut hanya dalam lima jam! Aneka gaya dreadlock pun ditawarkan, termasuk rambut aneka warna dan “dread perms” alias gaya dreadlock yang permanen.
Meski cenderung lebih identik dengan fashion, secara mendasar dreadlock tetap menjadi bentuk ungkap semangat anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas untuk kalangan minoritas tertindas.
>>>dari berbagai sumber>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar